Lesunya Penjualan Apartemen Di Kawasan Penyangga Ibukota
Pasar properti yang sempat Booming dan semarak di satu dasawarsa terakhir kini mulai lesu, yang paling terasa adalah penjualan apartemen kelas mengah bawah yang semakin sulit akan peminat. Dampak dari boomingnya penjualan apartemen di masa lalu adalah menjamurnya proyek apartemen hampir di daerah penyangga di bodetabek, hal yang membuat persaingan memperebutkan konsumen begitu sengitnya.
Seperti hal yang terjadi di kota Depok, menjamurnya projek apartemen tanpa melakukan riset pasar yang tepat telah membawa efek kesulitannya beberapa pengembang dalam menjual unit apartemen yang sudah mereka bangun, atau yang sedang mereka bangun. Penjualan unit apartemennya bahkan sulit menembus angka 20unit Perbulannya. Bahkan dengan berbagai promosi yang Jor2an pun tetap saja lesu .

Hal ini terungkap tak kala admin berkomunikasi denga teman sejawat sesama Marketing properti di kota Depok dan sekitarnya, bahwa kondisi sekarang ini adalah yang terberat untuk mengejar penjualan unit apartemen yang Mereka tawarkan. Bahkan untuk unit apartemen yang sudah status jadi dan hampir serah terima saja sulit sekali untuk laku.
Memang ada beberapa projek hirist building yang tetap berjalan penjualan nya di tengah kelesuan dengan tidak menaikkan harga jual dan memberi garansi sewa dalam beberapa tahun. Beberapa projek dengan bendera BUMN pun mulai mengandalkan penjualan secara bekerjasama dengan sesama lembaga milik negara dengan memberikan kemudahan cara pembayaran, hal yang sulit di ikuti pengembang swasta yang lebih terbiasa menjual produknya dengan cara ritel.
Lesunya pasar hunian hirist building Belum berdampak besar akan pasar hunian rumah tapak, masyarakat masih memandang rumah tapak merupakan kebutuhan pokok yang mesti di paksakan Harus punya walau kondis keuangannya tidak terlalu stabil.
Sampai kapan pasar Propwrti terutama apartemen akan lesu darah, masih sulit di prediksi, ketersediaan unit apartemen di pinggir kota seperti Depok memang sudah terlalu over supply, pasar sewa yang menjadi andalan promo apartemen di Depok perkembangan nya tidak terlalu pesat, persaingan harga sewa pun cukup sengit, pasar sewa harian yang sempat memberi keuntungan pemilik unit dengan singkat pun tidak lagi menjadi primadona. Hanya pada haru tertentu saja hunian sewa bisa di harapkan terisi.
Pasar yang mengalami stagnan ini tentu akan sulit di hindari para pengembang, jangan sampai gedung apartemen yang sudah di bangun menjadi gedung tanpa penghuni yang biaya perawatannya saja tidak menutupi. Dan seberapa keras pihak pengembang menekan divisi Marketing untuk melakukan pencapaian target penjualan akan sia sia saja, tanpa inovasi yang tepat dengan memanfaatkan celah pasar yang sudah rapat tersebut.
Tekanan berlebihan kepada divisi marketing tanpa membaca situasi pasar hanya akan membawa korban tenaga kerja yang terpaksa di putus kontrak kerjanya karena tidak menghasilkan target penjualan yang di harapkan sang bos pengembang, resiko pahit bagi para sales marketing yang sudah kerja jungkir balik mengejar target yang sulit di penuhi.
J.pro.
No comments:
Post a Comment